Melewati Hari Dengan Penuh Makna

Rahasia terbesar dalam hidup adalah melewati hari ini dengan penuh makna tentang cinta, ilmu dan iman. Karena dengan cinta hidup menjadi indah, dengan ilmu hidup menjadi mudah dan dengan iman hidup menjadi terarah.

MEMBACA SEBAGAI SUMBER KEMAJUAN BANGSA

Membaca adalah sebuah keharusan yang dilakoni oleh para pribadi yang menamakan dirinya seorang intelektual. Terlepas dari apa yang dibaca tentunya bacaan-bacaan itu disesuaikan dengan kapasitas pemikiran atau otak kita. Sebab, jika bacaan itu terlalu berat atau tidak kita mengerti, mungkin itu karena kita tidak memulainya dengan bacaan yang lebih ringan. Bahkan lebih bagusnya lagi bila bahan bacaan yang kita baca itu didiskusikan oleh orang lain. Saling adu argumentasi, retorika dalam mempertahankan pendapat yang jelas tentang buku yang dibaca. Sehingga, wawasan kita pun akan semakin bertambah dan luas, seiring dengan ‘panas’nya diskusi yang kita ikuti.

Sabtu, 31 Oktober 2009

Kalimat Efektif

Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar. Dalam hal ini hendaknya dipahami pula bahwa situasi terjadinya komunikasi juga sangat berpengaruh. Kalimat yang dipandang cukup efektif dalam pergaulan, belum tentu dipandang efektif jika dipakai dalam situasi resmi, demikian pula sebaliknya. Misalnya kalimat yang diucapkan kepada tukang becak, “Berapa, Bang, ke pasar Rebo?” Kalimat tersebut jelas lebih efektif daripada kalimat lengkap, “Berapa saya harus membayar, Bang, bila saya menumpang becak Abang ke pasar Rebo?” Yang perlu diperhatikan oleh para siswa dalam membuat karya tulis, baik berupa essay, artikel, ataupun analisis yang bersifat ilmiah adalah penggunaan bahasa secara tepat, yaitu memakai bahasa baku. Hendaknya disadari bahwa susunan kata yang tidak teratur dan berbelit-belit, penggunaan kata yang tidak tepat makna, dan kesalahan ejaan dapat membuat kalimat tidak efektif. Berikut ini akan disampaikan beberapa pola kesalahan yang umum terjadi dalam penulisan serta perbaikannya agar menjadi kalimat yang efektif. 1. Penggunaan dua kata yang sama artinya dalam sebuah kalimat :- Sejak dari usia delapan tauh ia telah ditinggalkan ayahnya.(Sejak usia delapan tahun ia telah ditinggalkan ayahnya.) - Hal itu disebabkan karena perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan.(Hal itu disebabkan perilakunya sendiri yang kurang menyenangkan. - Ayahku rajin bekerja agar supaya dapat mencukupi kebutuhan hidup.(Ayahku rajin bekerja agar dapat memenuhi kebutuhan hidup.) - Pada era zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.(Pada zaman modern ini teknologi berkembang sangat pesat.) - Berbuat baik kepada orang lain adalah merupakan tindakan terpuji.(Berbuat baik kepada orang lain merupakan tindakan terpuji.) 2. Penggunaan kata berlebih yang ‘mengganggu’ struktur kalimat :- Menurut berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah.(Berita yang saya dengar mengabarkan bahwa kurikulum akan segera diubah. / Menurut berita yang saya dengar, kurikulum akan segera diubah.) - Kepada yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.(Yang bersalah harus dijatuhi hukuman setimpal.) 3. Penggunaan imbuhan yang kacau :- Yang meminjam buku di perpustakaan harap dikembalikan.(Yang meminjam buku di perpustakaan harap mengembalikan. / Buku yang dipinjam dari perpustakaan harap dikembalikan) - Ia diperingati oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya.(Ia diperingatkan oleh kepala sekolah agar tidak mengulangi perbuatannya. - Operasi yang dijalankan Reagan memberi dampak buruk.(Oparasi yang dijalani Reagan berdampak buruk) - Dalam pelajaran BI mengajarkan juga teori apresiasi puisi.(Dalam pelajaran BI diajarkan juga teori apresiasi puisi. / Pelajaran BI mengajarkan juga apresiasi puisi.) 4. Kalimat tak selesai :- Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial yang selalu ingin berinteraksi.(Manusia yang secara kodrati merupakan mahluk sosial, selalu ingin berinteraksi.) - Rumah yang besar yang terbakar itu.(Rumah yang besar itu terbakar.) 5. Penggunaan kata dengan struktur dan ejaan yang tidak baku :- Kita harus bisa merubah kebiasaan yang buruk. (Kita harus bisa mengubah kebiasaan yang buruk.) Kata-kata lain yang sejenis dengan itu antara lain menyolok, menyuci, menyontoh, menyiptakan, menyintai, menyambuk, menyaplok, menyekik, menyampakkan, menyampuri, menyelupkan dan lain-lain, padahal seharusnya mencolok, mencuci, mencontoh, menciptakan, mencambuk, mencaplok, mencekik, mencampakkan, mencampuri, mencelupkan. - Pertemuan itu berhasil menelorkan ide-ide cemerlang. (Pertemuan itu telah menelurkan ide-ide cemerlang.) - Gereja itu dilola oleh para rohaniawan secara professional.(Gereja itu dikelola oleh para rohaniwan secara professional.) - tau à tahu - negri à negeri - kepilih à terpilih - faham à paham - ketinggal à tertinggal - himbau à imbau - gimana à bagaimana - silahkan à silakan - jaman à zaman - antri à antre - trampil à terampil - disyahkan à disahkan 6. Penggunaan tidak tepat kata ‘di mana’ dan ‘yang mana’ :- Saya menyukainya di mana sifat-sifatnya sangat baik.(Saya menyukainya karena sifat-sifatnya sangat baik.) - Rumah sakit di mana orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.(Rumah sakit tempat orang-orang mencari kesembuhan harus selalu bersih.) - Manusia membutuhkan makanan yang mana makanan itu harus mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.(Manusia membutuhkan makanan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh.) 7. Penggunaan kata ‘daripada’ yang tidak tepat :- Seorang daripada pembatunya pulang ke kampung kemarin.(Seorang di antara pembantunya pulang ke kampung kemarin.) - Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar daripada pengawasannya.(Seorang pun tidak ada yang bisa menghindar dari pengawasannya.) - Tendangan daripada Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.(Tendangan Ricky Jakob berhasil mematahkan perlawanan musuh.) 8. Pilihan kata yang tidak tepat :- Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan waktu untuk berbincang bincang dengan masyarakat.(Dalam kunjungan itu Presiden Yudhoyono menyempatkan diri untuk berbincang-bincang dengan masyarakat.) - Bukunya ada di saya.(Bukunya ada pada saya.) 9. Kalimat ambigu yang dapat menimbulkan salah arti :- Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai pembicaraan damai antara komunis dan pemerintah yang gagal. Kalimat di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang gagal? Pemerintahkah atau pembicaraan damai yang pernah dilakukan? (Usul ini merupakan suatu perkembangan yang menggembirakan untuk memulai kembali pembicaraan damai yang gagal antara pihak komunis dan pihak pemerintah. - Sopir Bus Santosa yang Masuk Jurang Melarikan Diri Judul berita di atas dapat menimbulkan salah pengertian. Siapa/apa yang dimaksud Santosa? Nama sopir atau nama bus? Yang masuk jurang busnya atau sopirnya? (Bus Santoso Masuk Jurang, Sopirnya Melarikan Diri)10. Pengulangan kata yang tidak perlu :- Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku setahun.(Dalam setahun ia berhasil menerbitkan 5 judul buku.) - Film ini menceritakan perseteruan antara dua kelompok yang saling menjatuhkan, yaitu perseteruan antara kelompok Tang Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.(Film ini menceritakan perseteruan antara kelompok Tan Peng Liang dan kelompok Khong Guan yang saling menjatuhkan.) 11. Kata ‘kalau’ yang dipakai secara salah :- Dokter itu mengatakan kalau penyakit AIDS sangat berbahaya.(Dokter itu mengatakan bahwa penyakit AIDS sangat berbahaya.) - Siapa yang dapat memastikan kalau kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya? (Siapa yang dapat memastikan bahwa kehidupan anak pasti lebih baik daripada orang tuanya?)

Senin, 07 September 2009

Menulis Paragraf Deduktif Dan Induktif

A. Paragraf
Paragraf/alinea merupakan bagian dari wacana yang merupakan satu kesatuan kalimatkalimat penjelas. Paragraf yang baik harus memenuhi kriteria yaitu memiliki satu ide pokok atau satu pikiran utama dan beberapa pikiran penjelas antarkalimat saling berkaitan/berkoherensi sehingga merupakan satu kesatuan. Kalimat yang memuat ide pokok/pikiran utama disebut kalimat utama. Kalimat yang mengandung pikiran penjelas disebut kalimat penjelas. Paragraf yang kalimat utamanya terletak pada awal paragraf disebut paragraf deduktif. Paragraf yang kalimat utamanya terletak di akhir paragraf disebut paragraf induktif.

B. Jenis karangan
Jenis karangan ada lima, yaitu:
1. Eksposisi adalah karangan yang berisi uraian/penjelasan tentang suatu topik dengan tujuan memberi informasi. Tidak jarang eksposisi berisi tentang langkah/cara/proses kerja. Eksposisi demikian disebut paparan proses.
2. Argumentasi adalah karangan yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat/kesimpulan dengan data/fakta konsep sebagai alasan/bukti.
3. Deskripsi adalah karangan yang berisi gambaran mengenai suatu hal/keadaan sehingga pembaca seolah-olah melihat, merasa atau mendengar hal tersebut.
4. Persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mempengaruhi emosi pembaca untuk berbuat sesuatu.
5. Narasi adalah karangan yang berisi rangkaian peristiwa yang susul menyusul sehingga membentuk alur cerita. Karangan jenis ini sebagian besar berdasarkan imajinasi.

C. Ide pokok/pikiran utama/gagasan utama
Ide pokok/pikiran utama/gagasan utama adalah gagasan yang menjiwai paragraf. Cara menentukan gagasan utama dalam paragraf adalah: merupakan pernyataan yang paling umum, paling penting atau penyataan yang merupakan kesimpulan, dan terdapat bagianbagian yang diulang pada kalimat-kalimat yang lain.

D. Makna Istilah/kata/gabungan kata
Istilah ialah kata atau gabungan kata yang dengan cermat mengungkapkan suatu konsep, keadaan atau sifat yang khas dalam bidang tertentu. Istilah ada yang berupa kata, ada pula yang berupa idiom atau ungkapan. Idiom adalah gabungan kata yang membentuk kesatuan arti baru sehingga sering tidak dapat ditelusuri artinya berdasarkan arti unsur pembentuknya.

E. Pendapat/komentar/tanggapan
Dalam mengemukakan pendapat/komentar/memberi tanggapan harus memperhatikan hal sebagai berikut:
1. Didasari pengetahuan yang cukup mengenai masalah yang dibicarakan.
2. Sopan dan tidak emosional.
3. Pendapat harus logis, sistematis, berdasarkan fakta.
4. Kalau komentar bersifat positif hendaknya mengungkap pada/dari aspek makna dukungan, persetujuan atau optimisme diberikan.
5. Kalau komentar bersifat negatif (berisi penolakan) gunakan kalimat yang sifatnya tidak langsung, berilah alasan yang logis dan kuat serta solusinya.

F. Menarik Kesimpulan
Dalam menyusun pendapat untuk menarik kesimpulan yang benar, kita harus menggunakan pola berpikir/penalaran yang benar pula. Pola penalaran dibagi menjadi dua, yaitu deduktif dan induktif.
1. Penalaran deduktif yaitu; dimulai dengan mengemukakan pernyataan yang umum (premis umum/mayor) diikuti pernyataan khusus (premis khusus/minor) menarik kesimpulan terhadap hal yang khusus. Penalaran demikian disebut juga silogisme.
2. Penalaran induktif dimulai dengan mengemukakan peristiwa-peristiwa khusus menuju kepada kesimpulan umum berdasarkan hal-hal yang khusus tersebut. Macammacam penalaran induktif:
 Generalisasi: perumusan kesimpulan umum berdasarkan data/kejadian-kejadian yang bersifat khusus.
 Sebab-akibat: dimulai dengan fakta-fakta yang menjadi sebab menuju kesimpulan yang menjadi akibat.
 Akibat-sebab: dimulai pada fakta-fakta yang menjadi akibat lalu kita analisis untuk mencari sebabnya.
 Analogi adalah pengambilan kesimpulan dengan asumsi bahwa jika dua atau beberapa hal memiliki banyak kesamaan, maka aspek lain pun memiliki kesamaan.

G. Contoh Paragraf
Paragraf deduktif
Paragraf dengan kalimat utama di awal, kemudian diikuti oleh kalimat penjelas. Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional. Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku.

Paragraf induktif:
Kalimat utama terletak di akhir paragraf setelah kalimat-kalimat penjelas. Contoh :
Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Itulah beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional

Paragraf Deduktif-Induktif
Kalimat Utamanya terdapat pada awal paragraph, dan ai akhir juga ada loh…. Contoh :
Beberapa tips belajar menjelang Ujian Akhir Nasional (UAN). Jangan pernah belajar “dadakan”. Artinya belajar sehari sebelum ujian. Belajarlah muai dari sekarang. Belajar akan efektif kalau belajar kumpulan soal. Hal ini dapat dilakukan dengan cara menjawab soal-soal di buku kumpulan soal. Mencocokannya, lalu menilainya. Barulah materi yang tidak dikuasai dicari di buku. Oleh karena itu, maka sebaiknya para guru memberitahukan tips belajar menjelang UAN.

Senin, 24 Agustus 2009

Diskusi

BAB I
PENDAHULUAN
KOMPETENSI DASAR :
Memahami informasi dari diskusi dan dialog

INDIKATOR:
1. Mencatat pokok-pokok pembicaraan ,siapa yang berbicara dan apa isi pembicaraannya
2. Merangkum seluruh isi pembicaraan dalambeberapa kalimat
3. Mengajukan berbagai pertanyaan secara bervariasi
4. 4.Menanggapi pembicaraan dalam bentukkritikan,sanggahan dan dukungan.
5. 5.Menambahkan alasan yang dapat memperkuat tanggapan.

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL:
Bacalah bahan pembelajaran pada bab II, kemudian kerjakanlah pelatihan yang mengikutinya!

RUANG LINGKUP :
Modul ini berisi seluk beluk pengertian diskusi, tugas masing-masing komponen dalam diskusi, manfaat, tata cara berdiskusi, serta format laporan diskusi.

BAB II
PEMBELAJARAN
A. PENGERTIAN DISKUSI :
Pertemuan ilmiah untuk bertukar pikiran mengenai suatu masalah tertentu.
B. ISTILAH YANG SEMAKNA / MIRIP DENGAN DISKUSI :
1. Diskusi Panel
Diskusi yang dilakukan sekelompok orang (panelis) yang membahas suatu topic yang menjadi perhatian public di hadapan khalayak/pendengar. Pendengar diberi kesempatan bertanya.
2. Konferensi
Rapat/pertemuan untuk berunding /bertukar pendapat mengenai suatumasalah yang dihadapi bersama;permusyawaratan;muktamar.
3. Rapat
Pertemuan untuk membicarakan sesuatu,siding, majelis. 4. Simposium
Pertemuan dengan beberapa pembicara yang mengemukakan pidato singkat tentang topic tertentu.
5. Sarasehan
Pertemuan yang diselenggarakan untuk mendengarkan pendapat (prasaran) para ahli mengenai masalah bidang tertentu.
6. Debat
Pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat.

C. EMPAT UNSUR DALAM PELAKSANAAN DISKUSI
1. Pembicara ,tugas:
- menyampaikan permasalahan
- menanggapi pertanyaan atau saran

2. Moderator, tugas:
- mempersiapkan kebutuhan diskusi
- membuka diskusi, berisi,-menyampaikan salam, menyampaikan
- tema, memperkenalkan pembicara, dan mempersilakan pembicara
- untuk menyampaikan permasalahan.
- mengantisipasi kelancaran jalannya diskusi
- mendorong minat partisipan
- memberi kesempatan bertanya
- menjaga kondisi dan situasi diskusi
- menyimpulkan hasil diskusi
- menutup diskusi

3. Partisipan, tugas:
- ikut serta dengan penuh perhatian
- berbicara jika dipersilakan
- menunjang pertanyaan dengan fakta
- sopan dan bijaksana
- dapat menghargai pandangan orang lain

4. Notulis, tugas :
mencatat seluruh jalannya diskusi.

D. CARA BERTANYA DALAM DISKUSI
1. Ajukan pertanyaan yang betul-betul kurang jelas.
2. Letakkan diri penanya sebagai pihak yang lebih rendah.
3. Jika penanya sudah tahu jawabannya, tawarkan sebagai saran.
4. Jangan memaksakan pendapat.
5. Ungkapkan pertanyaan dengan kalimat tak langsung, mis:
- akan lebih baik jika….
- alangkah baiknya….
- pendapat Saudara bagus, namun….
-dsb.

Contoh kalimat tanggapan dalam diskusi:
- Saudara moderator,terima kasih atas kesempatan yang diberikan kepada saya.
- Setelah saya mendengarkan uraian tanggapan Saudara tentang……… .Sehubungan dengan pendapat tersebutuntuk itu saya mohon………….
Dalam menjawab tanggapan, penyaji bisa langsung kepada peserta.
Contoh kalimat penyaji dalam menjawab tanggapan:
- Terima kasih atas tanggapan saudara tentang …………………..
- Sehubungan dengan pertanyaan Saudara saya coba jelaskan beberapa hal berkaitandengan…….

E. MANFAAT MENGIKUTI DISKUSI
1. Pemecahan masalah lebih mudah
2. Mendapat input/masukan ide dari peserta lain
3. Dapat menyumbangkan buah pikiran
4. Dapat menambah wawasan
5. Dapat meningkatkan kepercayaan diri.

FORMAT LAPORAN DISKUSI
-------------------------1
-----------------2
-----------------3
-----------------4
-----------------------------------
------------------------------------------ 5
----------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------
------------------------------------------6
-----------------------------------
------------------------------------------7
--------------------8
9
--------------------10
Keterangan:
1. judul laporan
2. tempat/hari/tgl disku
3. penyaji/ pembicara
4. moderator
5. pendahuluan: alasan tema diangkat
6. isi, meliputi: uraian, tanyajawab,usulan,sanggahan,dll.
7. kesimpulan
8. tempat/kota tgl laporan
9. tanda tangan peapor
10. nama terang pelapor.

BAB III
LATIHAN

SOAL :
Jika ada suatu diskusi tentang kenaikan harga BBM, maka :
1. Buatlah kalimat pembuka diskusi oleh moderator!
2. Buatlah contoh kalimat sanggahan yang ditujukan kepada pembicara!
3. Buatlah contoh kalimat pertanyaan yang diajukan kepada pembicara!
4. Buatlah contoh kalimat jawaban oleh pembicara atas sanggahan peserta diskusi!
5. Buatlah contoh kalimat pengarahan kepada peserta diskusi oleh moderator!

LEMBAR JAWAB
1.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
2.
……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
3.
………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………
4.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
5.
…………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

BAB IV
EVALUASI

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang.
2. Tentukanlah dalam kelompok itu yang menjadi penyaji, moderator dan partisipan.
3. tentukan permasalahan dalam kelompok anda sebagai praktik diskusi.

4. KRITERIA PENILAIAN
PSIKOMOTORIK DISKUSI KELOMPOK

PEMBICARA
NO KRITERIA PENILAIAN SKORE
1 Penggunaan bahasa (mis. bahasa baku, kelancaran berbicara ) 20
2 Mengusai bahan yang disampaikan 30
3 Menyampaikan bahan dengan baik 20
4 Menanggapi pertanyaan atau saran 30

MODERATOR
NO KRITERIA PENILAIAN SKORE
1 Penggunaan bahasa (bahasa baku, kelancaran berbicara ) 20
2 Memimpin jalannya diskusi ( memberi kesempatan yang sama pada peserta, mendorong minat, menjaga kondisi dan situasi diskusi, maupun memperkenalkan pembicara ) 60
3 Menyimpulkan hasil jalannya diskusi 20

PARTISIPAN
NO KRITERIA PENILAIAN SKORE
1 Penggunaan bahasa (mis. bahasa baku, kelancaran berbicara ) 20
2 Ikut jalannya diskusi dengan perhatian 20
3 Cara bertanya yang baik 30
4 Kedalaman pertanyaan (mis. Didasarkan fakta ) 30

Jadi, skore yang dicapai siswa dalam praktik diskusi langsung menjadi nilai dengan nialai tertinggi 100.

Rabu, 20 Mei 2009

Modul Grafik

BAB I
PENDAHULUAN

KOMPETENSI DASAR :
11. 2. Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai

INDIKATOR:
• Mencatat pokok-pokok isi informasi pada halaman bab tertentu yang dirujuk
• Merangkum seluruh isi informasi (yang diperoleh dari halaman bab tertentu) ke dalam beberapa kalimat
• Mengungkapkan (secara lisan atau tertulis) isi tabel/ grafik yang terdapat dalam bacaan ke dalam beberapa kalimat
• Merangkum isi informasi dari suatu tabel/ grafik
PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL:
Bacalah bahan pembelajaran pada bab II, kemudian kerjakanlah pelatihan yang mengikutinya!

RUANG LINGKUP :
Modul ini berisi seluk beluk tabel, grafik sampai macam grafik.

BAB II
PEMBELAJARAN

Tabel
Yang dimaksud tabel yakni kumpulan data yang disusun dengan klasifikasi menurut baris dan kolom.
Grafik
Yang dimaksud dengan grafik yakni visualisasi tabel dimana disajikan dalam bentuk gambar.

Macam Grafik • Grafik Batang
Grafik yang digunakan untuk menekankan perbedaan tingkat/ nilai dari beberapa aspek atau variabel.
• Grafik Garis
Grafik yang digunakan untuk menggambarkan perkembangan / perubahan dari waktu ke waktu.
• Grafik Lingkaran
Grafik yang digunakan untuk menggambarkan persentase dari suatu nilai total.

Modul Debat

BAB I
PENDAHULUAN

KOMPETENSI DASAR :
1. Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik
2. Memberikan persetujuan/ dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik

INDIKATOR:
1. Mendata informasi dari sebuah artikel dengan mencantumkan sumbernya
2. Merumuskan pokok persoalan yang menjadi bahan perdebatan umum di masyarakat (apa isunya, siapa yang memunculkan, kapan dimunculkan, apa yang menjadi latar belakangnya, dsb.)
3. Memberikan kritik dengan disertai alasan.
4. Memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan alasan)

PETUNJUK PENGGUNAAN MODUL:
Bacalah bahan pembelajaran pada bab II, kemudian kerjakanlah pelatihan yang mengikutinya!

RUANG LINGKUP :
Modul ini berisi seluk beluk Pengertian penelitian, macam penelitian.

BAB II
PEMBELAJARAN

Debat
Debat adalah kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini, debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan melalui voting atau keputusan juri.
Contoh lain debat yang diselenggarakan secara formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat. Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan dan kemampuan debat yang lebih baik.
Debat kompetitif dalam pendidikan
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa asing).
Namun demikian, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah World Universities Debating Championship (WUDC) dengan gaya British Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship (WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun demikian, beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia, Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain Filipina dan Singapura.

Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC) yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan Association for Critical Thinking (ACT).

Berbagai gaya debat parlementer
Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:
1. jumlah tim dalam satu debat
2. jumlah pembicara dalam satu tim
3. giliran berbicara
4. lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
5. tatacara interupsi
6. mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
7. tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
8. hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
9. jumlah juri dalam satu debat
10. kisaran penilaian

Selain itu, berbagai kompetisi juga memiliki aturan yang berbeda mengenai:
penentuan topik debat (mosi) - apakah diberikan jauh hari sebelumnya atau hanya beberapa saat sebelum debat dimulai (impromptu)
lama waktu persiapan - untuk debat impromptu, waktu persiapan berkisar antara 15 menit (WUDC) hingga 1 jam (WSDC)
perhitungan hasil pertandingan - beberapa debat hanya menggunakan victory point (VP) untuk menentukan peringkat, namun ada juga yang menghitung selisih (margin) nilai yang diraih kedua tim atau jumlah vote juri (mis. untuk panel beranggotakan 3 juri, sebuah tim bisa menang 3-0 atau 2-1)
sistem kompetisi - sistem gugur biasanya hanya digunakan dalam babak elimiasi (perdelapan final, perempat final, semifinal dan final); dalam babak penyisihan, sistem yang biasa digunakan adalah power matching

Format debat parlementer sering menggunakan peristilahan yang biasa dipakai di debat parlemen sebenarnya:
topik debat disebut mosi (motion)
tim Afirmatif (yang setuju terhadap mosi) sering disebut juga Pemerintah (Government), tim Negatif (yang menentang mosi) disebut Oposisi (Opposition) pembicara pertama dipanggil sebagai Perdana Menteri (Prime Minister), dan sebagainya
pemimpin/wasit debat (chairperson) dipanggil Speaker of The House
penonton/juri dipanggil Members of the House (Sidang Dewan yang Terhormat)
interupsi disebut Points of Information (POI)

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")
Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masing-masing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah (Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai berikut:
1. Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
2. Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
3. Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
4. Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
5. Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
6. Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
7. Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
8. Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit

Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru Pemerintah. Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes) That globalization marginalizes the poor. (Sidang Dewan percaya) Bahwa globalisasi meminggirkan masyarakat miskin. Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturan-aturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian Varsity English Debate (IVED).
Asian Parliamentary ("Asians")
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi (Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC [[Universitas Indonesia]. British Parliamentary ("BP")
Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat, dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition), dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government: Opening Opposition: - Prime Minister - Leader of the Opposition - Deputy Prime Minister - Deputy Leader of the Opposition Closing Government: Closing Opposition: - Member of the Government - Member of the Opposition - Government Whip - Opposition Whip Urutan berbicara adalah sebagai berikut:
1. Prime Minister - 7 menit
2. Leader of the Opposition - 7 menit
3. Deputy Prome Minister - 7 menit
4. Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
5. Member of the Government - 7 menit
6. Member of the Opposition - 7 menit
7. Government Whip - 7 menit
8. Opposition Whip - 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya. Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat, juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut. Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir. Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap tahun.

Format World Schools Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship (WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan pidato adalah sebagai berikut:
1. Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
2. Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
3. Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
4. Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
5. Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
6. Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
7. Pidato penutup Oposisi - 4 menit
8. Pidato penutup Proposisi - 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masing-masing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI dalam pidato penutup.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan kompetisi debat juga menggunakan format ini.

American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya dengan susunan sebagai berikut:
Government
Prime Minister (PM)
Member of the Government (MG)
Opposition
Leader of the Opposition (LO)
Member of the Opposition (MO)

Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association (NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
Prime Minister - 7 menit
Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
Member of the Opposition - 7 menit
Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit
Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi. Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Debat kompetitif selain debat parlementer
Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal) dan Negatif (menentang proposal). Pada prakteknya, kebanyakan acara debat tipe ini hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila dibandingkan dengan debat parlementer, debat proposal lebih mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut mempengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa terlebih dahulu. Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang dan gaya debat ini ikut mempengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9 menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6 menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah diterima dalam debat. Dewan juri secara seksama mencatat semua pernyataan yang dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.

Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan. Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang menggunakannya.
Kegiatan lain yang serupa Model United Nations
Model United Nations adalah kegiatan yang banyak dilakukan di tingkat sekolah dan universitas di dunia. Dalam kegiatan ini, peserta memainkan peran sebagai delegasi Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang mewakili negara tertentu (dalam kompetisi internasional, negara yang diwakili umumnya bukan negara asal sebenarnya dari tim tersebut).
Di Indonesia, kegiatan ini relatif belum berkembang. Namun, Jakarta International School (JIS), sebuah sekolah internasional di ibukota, memiliki kegiatan ekstrakurikuler ini.
Moot court
Kompetisi Moot court biasa dilakukan oleh mahasiswa hukum di tingkat universitas.
Sumber: Wikimedia

BAB III
LATIHAN

SOAL :
Jika ada suatu permasalahan tentang kenaikan harga BBM, maka :
1. Buatlah contoh memberikan kritik dengan disertai alasan!
2. Buatlah contoh memberikan persetujuan/ dukungan dengan bukti pendukung (disertai dengan alasan)!

LEMBAR JAWAB
1. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………….
2. ……………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………………

BAB IV
EVALUASI

1. Buatlah kelompok yang terdiri dari lima orang.
2. Tentukanlah dalam kelompok itu dalam mencari bahan argumen dalam debat !
3. Susunlah makalah singkat tentang penolakan atau dukungan terhadap permasalahan itu.

Jumat, 10 April 2009

Belajar Arab Melayu

AKSARA ARAB MELAYU Aksara Jawi atau aksara Arab-Melayu adalah modifikasi aksara Arab yang disesuaikan dengan Bahasa Melayu di seantero Nusantara yang silam. Munculnya aksara ini adalah akibat pengaruh budaya Islam yang lebih dulu masuk dibandingkan dengan pengaruh budaya Eropa di jaman kolonialisme dulu. Aksara ini dikenal sejak jaman Kerajaan Samudera Pasai dan Kerajaan Malaka. Aksara Arab yang digunakan adalah: alif ا — ba ب — ta ت — tsa ث — jim ج — ha ح — kho خ dal د — dza ذ — ro ر — za ز — sin س — syinش — shod ص dhod ض — tho ط — dlo ظ — ‘ain ع — ghin غ — fa ف — qof ق kaf ك — lam ل — mim م — nun ن — wau و — Ha ه — ya ي hamzah ء — lam alif لا Aksara tambahan yang digunakan adalah: cha چ (ha bertitik 3) — nga ڠ (ain bertitik tiga) — pa ڤ (fa bertitik 3) ga ڬ (kaf bertitik) — vaۏ (wau bertitik) — nya ڽ (nun bertitik 3) Angka Arab yang digunakan adalah: 0 ٠ — 1١ — 2 ٢ — 3 ٣ — 4 ٤ — 5 ٥ — 6 ٦ — 7 ٧ — 8 ٨ — 9 ٩ Catatan: Semua aksara Arab di atas ditulis menggunakan Unicode, akan tampil di browser anda jika koleksi font anda ada yang memiliki character-set Arabic (ISO-8859-6). Aksara tambahan Arab-Melayu mengambil Unicode Old-Malay, Urdu atau Persian. Contoh font yang memiliki character-set Arabic ISO-8859-6 adalah “Andalus”, “Arial”, “Arial Unicode MS”, “Code2000″, “Courier New”, “Microsoft Sans Serif”, “Lucida Bright”, “Lucida Sans” dan “Lucida Sans Typewriter”, “Tahoma” dan “Times New Roman”. Cara penulisan (dengan asumsi anda pernah belajar menulis/membaca Al-Quran): 1. Aksara ditulis secara gundul, sering disebut sebagai Arab Gundul. 2. Huruf alif yang berdiri sendiri berbunyi a atau e. 3. Huruf alif yang diikuti wau berbunyi u atau o. 4. Huruf alif yang diikuti ya berbunyi i atau é. 5. Konsonan diikuti huruf alif akan berbunyi fatah (bunyi a). 6. Konsonan diikuti huruf wau akan berbunyi dhomah (bunyi u). 7. Konsonan diikuti huruf ya akan berbunyi kasroh (bunyi i). 8. Konsonan di awal atau di tengah kata tanpa diikuti alif, wau atau ya berbunyi fatah (bunyi a atau e) 9. Konsonan di akhir kata adalah konsonan mati, kecuali diikuti alif, wau atau ya. 10. Huruf ain digunakan sebagai penanda huruf k seperti pada kata rakyat رعيت

Selasa, 20 Januari 2009

Dasar Bermain Bulutangkis

Latihan Genggam Raket (Gripping) Bagi pemula sangatlah penting. Memegang raket yang benar akan menentukan pukulan terhadap bola. Sebagai contoh bagi pemuladalam mengayunkan raketnya sekuat tenaga untuk mengembalikan shuttlecock tetapi shuttlecock tidak pernah meluncur jauh padahal badannya besar, lengannya kuat dan postur tubuhnya bagus. Sebenarnya dalam permainan bulu tangkis memukul shuttlecock tidak ditentukan oleh besarnya badan atau tenaga ayunan tangan, tapi ditentukan oleh teknik memegang (GRIPPING) raket dan gerakan tenaga pergelangan tangan. Kesalahan yang sering dilakukan oleh pemain bulutangkis adalah teknik genggaman raket yang tidak benar, ini menyebabkan pukulan tidak efisien dan menguras tenaga. Selain itu penempatan shuttlecock kadang tidak sesuai keinginan. Sebenarnya memegang raket untuk memukul shuttlecock forehand berbeda dengan cara memegang raket backhand. Ini kesalahan yang sering dilakukan pemula. Memukul shuttlecock backhand dengan menggunakan teknik genggaman Forehand akan menyebabkan ayunan kita tidak bertenaga walaupun tenaga lengan sudah Anda keluarkan semuanya, begitu juga sebaliknya. Pada saat mengayunkan tangan memukul shuttlecock yang bergerak cepat adalah pergelangan tangan BUKAN lengan. Karena gerakan pergelangan tangan kita jauh lebih cepat dari pada ayunan lengan, otomatis shuttlecock yang dibalikan akan jauh lebih bertenaga. Kecepatan semakin tinggi tenaga akan semakin besar. Jadi saat bermain Anda harus mengubah posisi genggaman sesuai dengan arah shuttlecock yang datang ke arah Anda, baik Forehand atau backhand. Memang pada awal Anda akan merasa tidak nyaman pergantian posisi genggaman backhand ke forehand dan sebaliknya tetapi jika sudah terbiasa Anda akan merasakan pukulan Anda bagus dan gampang.
Video Cara Memegang Raket.

Minggu, 18 Januari 2009

MENULIS KARYA ILMIAH

KOMPETENSI DASAR

12.3 Menulis karya ilmiah seperti hasil pengamatan, dan penelitian

INDIKATOR : · Mendaftar hal-hal yang perlu ditulis, berdasarkan topik yang dipilih · Menentukan gagasan yang akan dikembangkan dalam karya tulis (berdasarkan pengamatan atau penelitian) · Menyusun kerangka karya tulis · Mengembangkan kerangka menjadi karya tulis, dengan dilengkapi daftar pustaka · Menyunting karya tulis sendiri atau karya teman
URAIAN MATERI
PENELITIAN KUALITATIF
Penelitian dapat dikelompokkan menjadi beberapa jenis penelitian, misalnya: Penelitian kualitatif (termasuk penelitian historis dan deskriptif)adalah penelitian yang tidak menggunakan model-model matematik, statistik atau komputer. Proses penelitian dimulai dengan menyusun asumsi dasar dan aturan berpikir yang akan digunakan dalam penelitian. Asumsi dan aturan berpikir tersebut selanjutnya diterapkan secara sistematis dalam pengumpulan dan pengolahan data untuk memberikan penjelasan dan argumentasi. Dalam penelitian kualitatif informasi yang dikumpulkan dan diolah harus tetap obyektif dan tidak dipengaruhi oleh pendapat peneliti sendiri. Penelitian kualitatif banyak diterapkan dalam penelitian historis atau deskriptif. Penelitian historis menerapkan metode pemecahan yang ilmiah dengan pendekatan historis. Proses penelitiannya meliputi pengumpulan dan penafsiran fenomena yang terjadi di masa lampau untuk menemukan generalisasi yang berguna untuk memahami, meramalkan atau mengendalikan fenomena atau kelompok fenomena. Penelitian jenis ini kadang-kadang disebut juga penelitian dokumenter karena acuan yang dipakai dalam penelitian ini pada umumnya berupa dokumen. Penelitian historis dapat bersifat komparatif, yakni menunjukkan hubungan dari beberapa fenomena yang sejenis dengan menunjukkan persamaan dan perbedaan; bibliografis, yakni memberikan gambaran menyeluruh tentang pendapat atau pemikiran para ahli pada suatu bidang tertentu dengan menghimpun dokumen-dokumen tentang hal tersebut : atau biografis, yakni memberikan pengertian yang luas tentang suatu subyek, sifat dan watak pribadi subyek, pengaruh yang diterima oleh subyek itu dalam masa pembentukan pribadinya serta nilai subyek itu terhadap perkembangan suatu aspek kehidupan. Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain. Penelitian teoritis adalah penelitian yang hanya menggunakan penalaran semata untuk memperoleh kesimpulan penelitian. Proses penelitian dapat dimulai dengan menyusun asumsi dan logika berpikir. Dari asumsi dan logika tersebut disusun praduga (konjektur). Praduga dibuktikan atau dijelaskan menjadi tesis dengan jalan menerapkan secara sistematis asumsi dan logika. Salah satu bentuk penerapan asumsi dan logika untuk membentuk konsep guna memecahkan soal adalah membentuk model kuantitatif. Dalam beberapa penelitian teoritis tidak diadakan pengumpulan data. Penelitian ekperimental adalah penelitian yang dilakukan dengan menciptakan fenomena pada kondisi terkendali. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimental ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimental banyak digunakan model kuantitatif. Penelitian rekayasa (termasuk penelitian perangkat lunak) adalah penelitian yang menerapkan ilmu pengetahuan menjadi suatu rancangan guna mendapatkan kinerja sesuai dengan persyaratan yang ditentukan. Rancangan tersebut merupakan sintesis unsur-unsur rancangan yang dipadukan dengan metode ilmiah menjadi suatu model yang memenuhi spesifikasi tertentu. Penelitian diarahkan untuk membuktikan bahwa rancangan tersebut memenuhi spesifikasi yang ditentukan. Penelitian berawal dari menentukan spesifikasi rancangan yang memenuhi spesifikasi yang ditentukan, memilih alternatif yang terbaik, dan membuktikan bahwa rancangan yang dipilih dapat memenuhi persyaratan yang ditentukan secara efisiensi, efektif dan dengan biaya yang murah. Penelitian perangkat lunak komputer dapat digolongkan dalam penelitian rekayasa. Dalam melakukan riset kita perlu mengelompokkan topik-topik dalam berbagai kategori. Beberapa kategori riset antara lain : Astronomi Mempelajari sistem energi matahari, bintang-bintang dan alam semesta Biologi Mempelajari tentang mahluk hidup
a. Botani Mempelajari tumbuh-tumbuhan dan cara hidup tumbuh-tumbuhan. Sub topiknya meliputi: - Anatomi: Mempelajari struktur tanaman, seperti sel dan struktur bibit tanaman - Perilaku: Mempelajari tingkah laku yang merubah hubungan antara tanaman dan lingkungannya. - Fisiologi : Mempelajari proses kehidupan tanaman, seperti perambatan, perkecambahan, dan transportasi makanan
b. Zoologi Mempelajari hewan dan cara hidupnya - Anatomi : Mempelajari struktur dan fungsi bagian tubuh hewan, termasuk penglihatan dan pendengaran - Perilaku : Mempelajari tingkah lagu yang mempengaruhi hubungan antara hewan dan lingkungannya - Fisiologi: Mempelajari proses kehidupan hewan, seperti pergantian kulit, metamorfosis, pencernaan, perkembangbiakan dan sirkulasi c. Ekologi Mempelajari hubungan mahluk hidup dengan mahluk hidup lainnya dan lingkungannya d. Mikrobiologi Mempelajari mahluk hidup yang sangat kecil atau bagian-bagian dari mahluk hidup Ilmu Bumi Mempelajari tentang bumi a. Geologi Mempelajari bumi, termasuk komposisi lapisan bumi, kerak bumi, dan sejarah bumi - Fosil: Sisa-sisa atau jejak-jejak dari kehidupan pra sejarah yang terbentuk dalam kerak bumi - Mineralogi: Mempelajari komposisi dan formasi mineral-mineral - Batuan: Zat padat yang terbentuk dari satu atau lebih mineral - Seismologi: Mempelajari tentang gempa bumi - Volkanologi Mempelajari tentang gunung api b. Meterologi Mempelajari cuaca, iklim, dan atmosfer bumi c. Oseonografi Mempelajari tentang organisme samudra dan laut d. Palaentologi Mempelajari bentuk kehidupan pra sejarah Teknik : Aplikasi ilmu pengetahuan ilmiah Ilmu eksakta Mempelajari zat dan Energi a. Kimia Mempelajari material dari zat-zat yang terbentuk dan bagaimana berubah dan menyatu b. Fisika Mempelajari bentuk-bentuk energi dan hukum-hukum gerak - Listrik: Bentuk energi akibat adanya dan bergeraknya muatan listrik - Energi: Kemampuan untuk melakukan kerja - Gaya berat: Gaya tarik antara dua benda; gaya yang menarik benda ke bumi - Mesin: Alat-alat yang membuat pekerjaan menjadi lebih mudah - Gaya magnet: Gaya tarik atau gaya tolak antar kutub magnet, dan gaya tarik yang dimiliki magnet terhadap benda-benda yang bersifat magnet Matematika Penggunaan angka-angka dan simbol-simbol untuk mempelajari kuantitas dan rumus-rumus. Konsep dan Ragam Penelitian KualitatifIstilah penelitian kualitatif menurut Kirk dan Miler (1986: 9) pada mulanya bersumber pada pengamatan kualitatif yang dipertentangkan dengan pengamatan kuantitatif. Pengamatan kuantitatif melibatkan pengukuran tingkatan suatu ciri tertentu. Untuk menemukan sesuatu dalam pengamatan, pengamat harus mengetahui apa yang menjadi ciri sesuatu itu. Untuk itu pengamat pengamat mulai mencatat atau menghitung dari satu, dua, tiga dan seterusnya. Berdasarkan pertimbangan dangkal demikian, kemudian peneliti menyatakan bahwa penelitian kuantitatif mencakup setiap penelitian yang didasarkan atas perhitungan persentase, rata-rata dan perhitungan statistik lainnya. Dengan kata lain, penelitian kuantitatif melibatkan diri pada perhitungan atau angka atau kuantitas.Di pihak lain kualitas menunjuk pada segi alamiah yang dipertentangkan dengan kuantum atau jumlah tersebut. Atas dasar pertimbangan itulah maka kemudian penelitian kualitatif tampaknya diartikan sebagai penelitian yang tidak mengadakan perhitungan. Pemahaman yang demikian tidak selamanya benar, karena dalam perkembangannya ada juga penelitian kualitatif yang memerlukan bantuan angka-angka seperti untuk mendeskripsikan suatu fenomena maupun gejala yang diteliti.Dalam perkembangan lebih lanjut ada sejumlah nama yang digunakan para ahli tentang metodologi penelitian kualitatif (Noeng Muhadjir. 2000: 17) seperti : interpretif grounded research, ethnometodologi, paradigma naturalistik, interaksi simbolik, semiotik, heuristik, hermeneutik, atau holistik, yang kesemuanya itu tercakup dalam klasifikasi metodologi penelitian postpositivisme phenomenologik interpretif.Berdasarkan beragam istilah maupun makna kualitatif, dalam dunia penelitian istilah penelitian kualitatif setidak-tidaknya memiliki dua makna, yakni makna dari aspek filosofi penelitian dan makna dari aspek desain penelitian. 1. Filosofi PenelitianDari aspek filosofi, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:a. Penelitian kualitatif dalam paradigma kuantitatif (positivisme)Penelitian kualitatif jenis pertama ini menggunakan paradigma positivisme. Kriteria kebenaran menggunakan ukuran frekwensi tinggi. Data yang terkumpul bersifat kuantitatif kemudian dibuat kategorisasi baik dalam bentuk tabel, diagram maupun grafik. Hasil kategorisasi tersebut kemudian dideskripsikan, ditafsirkan dari berbagai aspek, baik dari segi latar belakang, karakteristik dan sebagainya. Dengan kata lain data yang bersifat kuantitatif ditafsirkan dan dimaknai lebih lanjut secara kualitatif. Penelitian di jenjang pendidikan strata satu (S1) istilah penelitian kualitatif lebih banyak menunjuk pada pengertian jenis pertama ini. Beberapa peneliti menyebut dengan istilah penelitian deskriptif kualitatif.b. Penelitian kualitatif dalam paradigma bahasaPenelitian kualitatif dalam paradigma bahasa (dan sastra) menggunakan paradigma post positisme. Penelitian kualitatif jenis kedua ini berusaha mencari makna, baik makna di balik kata, kalimat maupun karya sastra. Penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa ini masih dapat dibendakan menjadi :1) Sosiolinguistik yang berupaya mempelajari teori linguistik atau studi kebahasaan atau studi perkembangan bahasa.2) Strukturalisme Linguistik yang berupaya mempelajari struktur dari suatu karya sasta. Pada awalnya strukturalisme linguist disebut struturalisme otonom atau struturalisme obyektif karena menganalisis karya sastra hanya dari struktur karya sastra itu sendiri, tidak dikaitkan dengan sesuatu di luar karya sastra. Strukturalisme linguist berkembang lebih lanjut menjadi strukturalisme genetik, strukturalisme dinamik dan strukturalisme semiotik.3) Strukturalisme Genetik. Analisis karya sastra (dan bahasa) dalam strukturalisme genetik lebih menekankan makna sinkronik dari pada makna lain, seperti makna ikonik, simbolik, ataupun indeksikal. Oleh karena itu menurut Prof. Noeng Muhadjir (2000: 304) analis struturalisme genetik perlu mencakup tiga unsur kajian, yaitu: a) intrinsik karya sastra itu sendiri, b) latar belakang pengarangnya, dan c) latar belakang sosial serta latar belakang sejarah masyarakatnya.4) Strukturalisme Dinamik. Strukturalisme dinamik mengakui kesadaran subyektif dari pengarang, mengakui peran sejarah serta lingkungan sosialnya, meski titik berat analisis harus tetap pada karya sastra itu sendiri. Analisis karya sastra menurut struturalisme dinamik mencakup dua hal, yaitu: a) karya sastra itu sendiri yang merupakan tampilan pikiran, pandangan dan konsep dunia dari pengarang itu sendiri dengan menggunakan bahasa sebagai tanda-tanda ikonik, simbolik, dan indeksikal dari beragam makna, dan b) analisis keterkaitan pengarang dengan realitas lingkungannya.5) Strukturalisme Semiotik. Strukturalisme semiotik adalah struturalisme yang dalam membuat analisis pemaknaan suatu karya sastra mengacu pada semiologi. Semiologi atau semiotik adalah ilmu tentang tanda-tanda dalam bahasa dan karya sastra. Strukturalisme semiotik mengenal dua cara pembacaan, yaitu heuristik dan hermeneutik. Pembacaan heuristik mencoba menelaah mencari makna dari kata-kata, dari bagian- bagian, seperti Said Mahmud (Noeng Muhadjir. 2001: 101) mencari amal shaleh menurut Al-Qur’an dengan cara mencari kata-kata kunci dalam Al-Qur’an, dan dia menemukan 13 kata kunci. Berdasarkan 13 kata kunci tersebut dia mendeskripsikan karakteristik amal shaleh menurut Al-Qur’an. Pembacaan hermeneutik mencoba menelaah makna dengan melihat keseluruhan karya sastra. M. Radhi Al-Hafid (Noeng Muhadjir. 2001: 101) mencoba mengklasterkan kisah edukatif dalam Al- Qur’an, secara hermeneutik, dan menemukan tiga klaster, yaitu kisah sejumlah Nabi, kisah para kaum dan kisah sketsa kehidupan. c. Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologiPenelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi berusaha memahami arti (mencari makna) dari peristiwa dan kaitan-kaitannya dengan orang-orang biasa dalam situasi tertentu (Moleong. 2001: 9). Dengan kata lain penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi adalah penelitian yang berusaha mengungkap makna terhadap fenomena perilaku kehidupan manusia, baik manusia dalam kapasitas sebagai individu, kelompok maupun masyarakat luas.Penelitian kualitatif dalam paradigma phenomenologi telah mengalami perkembangan mulai dari model Interpretif Geertz, model grounded research, model Ethnographik, model paradigma naturalistik dari Guba dan model interaksi simbolik. Model paradigma naturalistik (the naturalistic method of inquiry, menurut istilah Guba) menurut Noeng Muhadjir (2000: 147) disebut sebagai model yang telah menemukan karakteristik kualitatif yang sempurna, artinya bahwa kerangka pemikiran, filsafat yang melandasinya, ataupun operasionalisasi metodologinya bukan reaktif atau sekedar merespons dan bukan sekedar menggunggat yang kuantitatif, melainkan membangun sendiri kerangka pemikirannya, filsafatnya dan operasionalisasi metodologinya. Para ahli metodologi penelitian kualitatif pada umumnya mengikuti konsep model naturalistik yang dikemukan oleh Guba. Begitu juga uraian lebih lanjut dalam tulisan ini pengertian penelitian kualitatif menunjuk pada makna kualitatif naturalistik. Moleong menggunakan istilah paradigma alamiah untuk menunjuk pada paradigma kualitatif naturalistik sebagai kebalikan dari paradigma ilmiah untuk menunjuk pada paradigma kuantitatif (Moleong. 2001: 15).Guba (1985: 39 – 44) mengetengahkan empat belas karakteristik penelitian naturalistik, yaitu :a. Konteks natural (alami), yaitu suatu konteks keutuhan (entity) yang tak akan dipahami dengan membuat isolasi atau eliminasi sehingga terlepas dari konteksnya.b. Manusia sebagai instrumen. Hal ini dilakukan karena hanya manusia yang mampu menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas dan menangkap makna, sedangkan instrumen lain seperti tes dan angket tidak akan mampu melakukannya.c. Pemanfaatan pengetahuan tak terkatakan. Sifat naturalistik memungkinkan mengungkap hal-hal yang tak terkatakan yang dapat memperkaya hal-hal yang diekspresikan oleh responden.d. Metoda kualitatif. Sifat naturalistik lebih memilih metode kualitatif dari pada kuantitatif karena lebih mampu mengungkap realistas ganda, lebih sensitif dan adaptif terhadap pola-pola nilai yang dihadapi.e. Pengambilan sample secara purposive.f. Analisis data secara induktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan. Yang dimaksud dengan analisis data induktif menurut paradigma kualitatif adalah analisis data spesifik dari lapangan menjadi unit-unit dan dilanjutkan dengan kategorisasi.g. Grounded theory. Sifat naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teori diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. Generalisasi apriorik nampak bagus sebagai ilmu nomothetik, tetapi lemah untuk dapat sesuai dengan konteks idiographik.h. Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistik menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat diramalkan sepenuhnya.i. Hasil dirundingkan dan disepakati bersama antara peneliti dengan responden. Hal ini dilakukan untuk menghindari salah tafsir atas data yang diperoleh karena responden lebih memahami konteksnya daripada peneliti.j. Lebih menyukai modus laporan studi kasus, karena dengan demikian deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari bias. Laporan semacam itu dapat menjadi landasan transferabilitas pada kasus lain.k. Penafsiran bersifat idiographik (dalam arti keberlakuan khusus), bukan ke nomothetik (dalam arti mencari hukum keberlakuan umum), karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya.l. Aplikasi tentatif, karena realitas itu ganda dan berbeda.m. Ikatan konteks terfokus. Dengan pengambilan fokus, ikatan keseluruhan tidak dihilangkan, tetap terjaga keberadaannya dalam konteks, tidak dilepaskan dari nilai lokalnya.n. Kriteria keterpercayaan. Dalam penelitian kuantitatif keterpercayaan ditandai dengan adanya validitas dan reliabilitas, sedangkan dalam kualitatif naturalistik oleh Guba diganti dengan kredibilitas, transferabilitas, dependabilitas dan konfirmabilitas. 2. Desain PenelitianBerdasarkan desain penelitian yang disusun, penelitian kualitatif dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu :a. Desain penelitian kualitatif non standarDesain penelitian dalam paradigma positivistik kuantitatif bersifat terstandar, artinya ada aturan yang sama yang harus dipenuhi oleh peneliti untuk mengadakan penelitian dalam bidang apapun juga. Pelaksanaan penelitian dimulai dari adanya masalah, membatasi obyek penelitian, mencari teori dan hasil penelitian yang relevan, mendesain metode penelitian, mengumpulkan data, menganalisis data, membuat kesimpulan, ada yang menambah dengan implikasi, saran dan atau rekomendasi. Sebelum data diolah, perlu diuji terlebih dulu validitas dan reliabilitasnya, baik dari segi konstrak teori, isi maupun empiriknya. Sistematika penulisan sudah terstandar, yaitu: Bab I. Pendahuluan (latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan/batasan masalah, dst.). Bab II. Kajian teori atau kajian pustaka (kajian teori yang sesuai dengan masalah yang diteliti, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir, hipotesis/pertanyaan penelitian). Bab III. Metode penelitian (Desain, tempat dan waktu penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, instrumen dan teknik analisis data). Bab IV. Hasil penelitian. Bab V. Kesimpulan (ada yang menambah, implikasi, keterbatasan penelitian dan saran).Desain penelitian kualitatif non standar sebetulnya menggunakan standar seperti kuantitatif tetapi bersifat flesibel (tidak kaku). Dengan kata lain model ini merupakan modifikasi dari model penelitian paradigma positivistik kuantitatif dengan menyederhanakan sistematika ataupun menyatukan bebarapa bagian dalam bab yang sama, misalnya memasukkan metode penelitian dalam bab I . Desain penelitian kualitatif non standar ini digunakan untuk penelitian kualitatif dalam paradigma positivistik dan penelitian kualitatif dalam paradigma bahasa.b. Desain penelitian kualitatif tentatifModel ini sama sekali berbeda dari model-model di atas. Desain penelitian terstandar dan non standar disusun sebelum peneliti terjun ke lapangan dan dijadikan sebagai acuan dalam mengadakan penelitian, sedangkan desain penelitian tentatif disusun sebelum ke lapangan juga tetapi setelah peneliti memasuki lapangan penelitian, desain penelitian dapat berubah-ubah untuk menyesuaikan dengan kondisi realitas lapangan yang dihadapi. Acuan pelaksanaan penelitian tidak sepenuhnya tergantung pada desain yang telah disusun sebelumnya, tetapi lebih memperhatikan kondisi realitas yang dihadapi. Dalam desain penelitian terstandar maupun non standar dapat dibakukan dengan istilah-istilah: masalah, kerangka teori, metode penelitian, analisis dan kesimpulan dan lainnya. Model tentatif menggunakan dasar sistematika yang berbeda. Sistematika model ini unit-unitnya atau bab-babnya disesuaikan dengan sistematika substantif obyeknya. Misalnya: penelitian tentang perilaku anak Bab I. Pendahuluan termasuk metode penelitian. Bab II. Fantasi. Bab III. Bermain. Bab IV. Sosialisasi, dst. Model ini digunakan dalam penelitian kualitatif naturalistik. C. Analisis Penelitian KualitatifPengertian penelitian kualitatif dalam uraian lebih lanjut menunjuk pada penelitian kualitatif naturalistik (naturalistic inquiry dari Guba)1. Keabsahan DataKeabsahan data merupakan konsep yang diperbaharui dari konsep kesahihan (validitas) dan keandalan (reliabilitas) menurut versi positivisme dan disesuaikan dengan tuntutan pengetahuan, kriteria dan paradigmanya sendiri. Penelitian kualitatif memiliki tiga kriteria untuk memeriksa keabsahan data, yaitu: credibility, trasferability, dan dependability .a. Kredibilitas (kepercayaan), yang dapat dilakukan dengan cara :· Memperpanjang waktu pengamatan (tinggal dengan responden)· Pengamatan secara tekun dan terus menerus (untuk memperoleh data secara lebih mendalam).· Triangulasi, yang dapat dilakukan dengan : Ø Menggunakan sumber ganda (berbeda-beda).Ø Menggunakan metode ganda (berbeda-beda).Ø Menggunakan peneliti ganda (berbeda-beda).· Peer debriefing (diskusi dengan teman sejawat)· Member check (pengecekan dengan anggota yang terlibat dalam pengumpulan data)b. Transferabilitas (keteralihan). Analog dengan generalisasi bagi positivisme.c. Dependabilitas atau auditabilitas, yang dapat dilakukan dengan:· Pengamatan oleh dua atau lebih pengamat· Checking data· Audit trail atau menelusur dari data kasar (Sayekti. 2001: 2) 2. Analisis DataAnalisis data merupakan upaya mencari dan menata data secara sistematis untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang kasus yang diteliti dan menyajikannya sebagai temuan bagi orang lain. Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dimulai dengan menelaah seluruh data yang terkumpul dari berbagai sumber, yaitu dari wawancara, pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan, dokumen pribadi, dokumen resmi, gambar, foto dan sebagainya. Catatan dibedakan menjadi dua, yaitu yang deskriptif dan yang reflektif (Noeng Muhadjir.2000: 139). Catatan deskriptif lebih menyajikan kejadian daripada ringkasan. Catatan reflektif lebih mengetengahkan kerangka pikiran, ide dan perhatian dari peneliti. Lebih menampilkan komentar peneliti terhadap fenomena yang dihadapi.Setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah maka langkah berikutnya adalah mengadakan reduksi data dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses dan pernyataan-pernyataan yang perlu dijaga sehingga tetap berada di dalamnya. Langkah selanjutnya adalah menyusun dalam satuan-satuan dan kategorisasi dan langkah terakhir adalah menafsirkan dan atau memberikan makna terhadap data.a. Pemrosesan Satuan (Unitying)Satuan adalah bagian terkecil yang mengandung makna yang utuh dan dapat berdiri sendiri terlepas dari bagian yang lain. Satuan dapat berwujud kalimat faktual sederhana, misalnya: ”Responden menunjukkan bahwa ia menghabiskan sekitar sepuluh jam seminggu untuk melakukan perjalanan keliling dari satu sekolah ke sekolah lain sebagai pelaksanaan peranannya selaku guru lepas di beberapa sekolah”. Selain itu satuan dapat pula berupa paragraf penuh. Satuan ditemukan dalam catatan pengamatan, wawancara, dokumen, laporan dan sumber lainnya. Agar satuan-satuan tersebut mudah diidentifikasi perlu dimasukkan ke dalam kartu indeks dengan susunan satuan yang dapat dipahami oleh orang lain.b. Kategorisasi Kategorisasi disusun berdasarkan kriteria tertentu. Mengkategorisasikan kejadian-kejadian mungkin saja mulai dari berdasarkan namanya, fungsinya atau kriteria yang lain. Pada tahap kategorisasi peneliti sudah mulai melangkah mencari ciri-ciri setiap kategori. Pada tahap ini peneliti bukan sekedar memperbandingkan atas pertimbangan rasa-rasanya mirip atau sepertinya mirip, melainkan pada ada tidaknya muncul ciri berdasarkan kategori. Dalam hal ini ciri jangan didudukkan sebagai kriteria, melainkan ciri didudukkan tentatif, artinya pada waktu hendak memasukkan kejadian pada kategori berdasarkan cirinya, sekaligus diuji apakah ciri bagi setiap kategori sudah tepat. c. Penafsiran /Pemaknaan DataLangkah ketiga Moleong (2001: 197) menggunakan istilah penafsiran data,. Noeng Muhadjir (2000: 187) menggunakan istilah pemaknaan, karena penafsiran merupakan bagian dari proses menuju pemaknaan. Beliau membedakan antara 1) terjemah atau translation, 2) tafsir atau inerpretasi, 3) ekstrapolasi dan 4) pemaknaan atau meaning. Membuat terjemah berarti upaya mengemukakan materi atau substansi yang sama dengan media yang berbeda; media tersebut mungkin berupa bahasa satu ke bahasa lain, dari verbal ke gambar dan sebagainya. Pada penafsiran, peneliti tetap berpegang pada materi yang ada, dicari latar belakangnya, konsteksnya agar dapat dikemukakan konsep atau gagasannya lebih jelas. Ekstrapolasi lebih menekankan pada kemampuan daya pikir manusia untuk menangkap hal di balik yang tersajikan. Memberi makna merupakan upaya lebih jauh dari penafsiran dan mempunyai kesejajaran dengan ekstrapolasi. Pemaknaan lebih menuntut kemampuan integratif manusia: indriawinya, daya pikirnya dan akal budinya. Di balik yang tersajikan bagi ekstrapolasi terbatas dalam arti empirik logik, sedangkan pada pemaknaan menjangkau yang etik maupun yang transendental. Dari sesuatu yang muncul sebagai empiri dicoba dicari kesamaan, kemiripan, kesejajaran dalam arti individual, pola, proses, latar belakang, arah dinamika dan banyak lagi kemungkinan-kemungkinan lainnya.Dalam langkah kategorisari dilanjutkan dengan langkah menjadikan ciri kategori menjadi eksplisit, peneliti sekaligus mulai berupaya untuk mengintegrasikan kategori-kategori yang dibuatnya. Menafsirkan dan memberi makna hubungan antar kategori sehingga hubungan antar kategori menjadi semakin jelas. Itu berarti telah tersusun atribut-atribut teori. d. Perumusan TeoriPerumusan teori dimulai dengan mereduksi jumlah kategori-kategori sekaligus memperbaiki rumusan dan integrasinya. Modifikasi rumusan semakin minimal, sekaligus isi data dapat terus semakin diperbanyak. Atribut terori yang tersusun dari hasil penafsiran/pemaknaan dilengkapi terus dengan data baru, dirumuskan kembali dalam arti diperluas cakupannya sekaligus dipersempit kategorinya. Jika hal itu sudah tercapai dan peneliti telah merasa yakin akan hasilnya, pada saat itu peneliti sudah dapat mempublikasikan hasil penelitiannya. D. Kesimpulan Penelitian untuk membuktikan atau menemukan sebuah kebenaran dapat menggunakan dua pendekatan, yaitu kantitatif maupun kualitatif. Kebenaran yang di peroleh dari dua pendekatan tersebut memiliki ukuran dan sifat yang berbeda. Pendekatan kuantitatif lebih menitikberatkan pada frekwensi tinggi sedangkan pada pendekatan kualitatif lebih menekankan pada esensi dari fenomena yang diteliti. Kebenaran dari hasil analisis penelitian kuantitatif bersifat nomothetik dan dapat digeneralisasi sedangkan hasil analisis penelitian kualitatif lebih bersifat ideographik, tidak dapat digeneralisasi. Hasil analisis penelitian kualitatif naturalistik lebih bersifat membangun, mengembangkan maupun menemukan terori-teori sosial sedangkan hasil analisis kuantitatif cenderung membuktikan maupun memperkuat teori-teori yang sudah.

Jumat, 02 Januari 2009

KOMPETENSI DASAR SEMESTER II

KOMPETENSI DASAR PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS X SEMESTER II 1. Menyimpulkan isi informasi yang disampaikan melalui tuturan langsung 2. Menyimpulkan isi informasi yang didengar melalui tuturan tidak langsung (rekaman atau teks yang dibacakan) 3. Memberikan kritik terhadap informasi dari media cetak dan atau elektronik 4. Memberikan persetujuan/ dukungan terhadap artikel yang terdapat dalam media cetak dan atau elektronik 5. Merangkum seluruh isi informasi teks buku ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai 6. Merangkum seluruh isi informasi dari suatu tabel dan atau grafik ke dalam beberapa kalimat dengan membaca memindai 7. Menulis gagasan untuk mendukung suatu pendapat dalam bentuk paragraf argumentatif 8. Menulis gagasan untuk meyakinkan atau mengajak pembaca bersikap atau melakukan sesuatu dalam bentuk paragraf persuasive 9. Menulis hasil wawancara ke dalam beberapa paragraf dengan menggunakan ejaan yang tepat 10. Menyusun teks pidato 11. Menemukan hal-hal yang menarik tentang tokoh cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman 12. Menjelaskan hal-hal yang menarik tentang latar cerita rakyat yang disampaikan secara langsung dan atau melalui rekaman 13. Membahas isi puisi berkenaan dengan gambaran penginderaan, perasaan, pikiran, dan imajinasi melalui diskusi 14. Menghubungkan isi puisi dengan realitas alam, sosial budaya, dan masyarakat melalui diskusi 15. Mengidentifikasi karakteristik dan struktur unsur intrinsik sastra Melayu klasik 16. Menemukan nilai-nilai yang terkandung di dalam sastra Melayu klasik 17. Menulis karangan berdasarkan kehidupan diri sendiri dalam cerpen (pelaku, peristiwa, latar) 18. Menulis karangan berdasarkan pengalaman orang lain dalam cerpen (pelaku, peristiwa,
latar)
KOMPETENSI DASAR PELAJARAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA KELAS XI SEMESTER II 1. Mengungkapkan prinsip-prinsip penulisan resensi 2. Mengaplikasi prinsip penulisan resensi 3. Merangkum isi pembicaraan dalam suatu diskusi atau seminar 4. Mengomentari pendapat seseorang dalam suatu diskusi atau seminar 5. Mempresentasikan hasil penelitian secara runtut dengan menggunakan bahasa yang baik
dan benar 6. Mengungkapkan pokok-pokok isi teks dengan membaca cepat 300 kata per menit 7. Membedakan fakta dan opini editorial dengan membaca intensif 8. Menulis rangkuman isi buku 9. Menulis notulen rapat sesuai dengan pola penulisanyya 10. Mengidentifikasi alur, penokohan dan latar dalam cerpen yang dibacakan 11. Memerankan drama 12. Mengungkapkan hal-hal yang menarik dan dapat diteladani dari tokoh 13. Membandingkan unsur intrinsik dan ekstrinsik novel Indonesia/terjemahan/hikayat